Yogyakarta. Entah apa yang ada di benak saya ketika itu, untuk memilih yogyakarta menjadi kota kedua yang saya singgahi. Sempat berdebat untuk melanjutkan kuliah disini, karena mengingat jauh dari orang tua serta jogja dikenal kota yang ‘nakal’ bagi para pelajar khususnya mahasiswa, setelah sebuah penelitian yang menyatakan bahwa 90% mahasiswa di Yogyakarta sudah tidak.. ah sudahlah..
Jangan sampai hal kecil yang jelek menjadikan sebuah keindahan yang begitu luar biasa tertutupi. Sudah 5 tahun tinggal di Yogyakarta, dari kuliah hingga bekerja. Entah sampai kapan, tetapi yang jelas tidak ada kata yang lebih indah daripada jogja istimewa. Keistimewaannya tidak bisa diragukan lagi, walaupun pemerintah sekaligus yang berkata.
Kecintaan saya akan Yogyakarta semakin tumbuh, ketika saya tinggal dilingkungan yang masih menjunjung tinggi tradisi nenek moyang. Klasik ditengah hingar bingar kota yang semakin tumbuh. Disini saya banyak belajar, tentang persahabatan, keluarga baru yang lebih dekat dan juga toleransi. Agama saya mengajarkan tolerasi yang sangat kuat, entah dengan umat seagama ataupun dengan yang beda agama. Menghargai pendapat, sikap dan budaya yang berbeda menjadi kunci untuk membaur dengan orang lain.
Hal yang tidak saya dapat di kota lain adalah kehangatan. Kehangatan Yogyakarta bisa kita lihat, ketika anda berada disana. Sapalah orang-orang Yogya dengan tutur kata sopan, apa yang akan anda dapatkan? Luar biasa. Ayo berkunjung ke Yogyakarta..
Hal yang paling saya sukai adalah, ketika weekend tiba, sepulang dari kantor, saya menuju ke masjid agung keraton untuk sholat maghrib atau isya berjama’ah disana. Tidak tau kenapa, tetapi saya merasa hidup disana.